Minggu, 07 Juli 2013

Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum (Karmila)

Ada  tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis, psikologis , dan landasan sosiologis-teknologis, Ketiga landasan tersebut diuraikan di bawah ini.
1.      Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Sophia”, artinya cinta yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu, maka jelas setiap individu atau setiap kelompok masyarakat secara filosofis akan memilikki pandangan hidup yang mungkin berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianggapnya baik.

2.      Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum.
Landasan Psikologis dibagi menjadi dua, yaitu :
a.      Landasan Psikologis Perkembangan Anak.
Pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan ini disebabkan beberapa alasan.
1)      Setiap anak didik memilikki tahapan atau masa perkembangan tertentu.
2)      Anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasialn dan kesuksesan hidup mereka.
3)      Pemahaman akan perkembangan anak, akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian   bantuan memecahkan berbagai  masalah yang dihadapi, maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.
b.      Landasan Psikologi Belajar.
Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar., sebab pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan  tentang hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat manusia menurut Leibnitz.
Menurut John Locke, manusia itu merupakan organism yang pasif. Dengan teori tabularasa-nya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
Menurut aliran Behavioristik proses belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan. Sedangkan pada aliran Kognitif belajar adalah kegiatan mental  yang ada dalam diri setiap individu, karena yang ada dalam diri itulah yang menggerakkan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.
Menurut Leibnitz, menganggap bahwa  manusia adalah organism yang aktif. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk membuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat dianggapi sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi.

3.      Landasan Sosiologis – Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum.
a.      Kekuatan Sosial yang Dapat Mempengaruhi Kurikulum.
Dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks , maka muncul pula berbagai kekuatan kelompok yang dapat memberikan tekanan terhadap penyelenggaraan dan praktik pendidikan termasuk di dalamnya tekanan-tekanan dalam proses pengembangan isi kurikulum sebagai alat dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kesulitan yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum adalah manakala setiap kelompok sosial itu memberikan masukan dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan  kepentingan kelompoknya.
Walaupun dirasakan sangat susah, para pengembang kurikulum mestinya memperhatikan setiap tuntutan dan tekanan masyarakat yang berbeda itu. Masyarakat merupakan salah satu langkah penting dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
b.      Kemajuan IPTEK sebagai Bahan Pertimbangan Penyusunan Kurikulum.
Hal penting   yang perlu diperhatikan dan diantisipasi oleh para pengembang kurikulum sehubungan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat adalah mengenai perubahan pola hidup dan perubahan sosial polotik.
1)      Perubahan Pola Hidup.
Perubahan pola hidup itu dikatakan banyak orang sebagai perubahan pola    hidup yang bersifat agraris  tradisional menuju pola kehidupan industry modern. Pola kehidupan masyarakat industry modern memilikki karakteristik yang berbeda dengan pola kehidupan agraris.
a)      Dari pola kerja
b)      Pola hidup yang sangat tergantung kepada hasil-hasil teknologi.
c)      Pola hidup dalam system perekonomian baru.
2)      Perubahan Kehidupan Sosial Politik.
Arus globalisasi yang bergerak sangat cepat membawa perubahan kehidupan sosial politik ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali ke dalam kehidupan sosial politik. Di Indonesia perubahan tersebut ditandai dengan munculnya gerakan reformasi yang menjatuhkan rezim Orde Baru yang selama 32 tahun berkuasa.
Dengan munculnya era reformasi, semuanya mestinya berubah. Pendidikan harus diarahkan uantuk menciptakan manusia-manusia yang kritis dan demokratis. Maka para pengembang kurikulum dalam melaksanakan tugasnya harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
a)      Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat, seperti yang dirumuskan dalam undang-undasng keputusan pemerintah, peraturan-peraturan daerah dan lain sebagainya.
b)      Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada
c)      Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah
d)      Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
e)      Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.




KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M. Pd

Penerbit KENCANA  @ 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar