Ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni
landasan filosofis, psikologis , dan landasan sosiologis-teknologis, Ketiga
landasan tersebut diuraikan di bawah ini.
1.
Landasan Filosofis dalam Pengembangan
Kurikulum.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Sophia”, artinya cinta yang mendalam,
dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara
harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular
filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau
pendirian hidup bagi individu, maka jelas setiap individu atau setiap kelompok
masyarakat secara filosofis akan memilikki pandangan hidup yang mungkin berbeda
sesuai dengan nilai-nilai yang dianggapnya baik.
2.
Landasan Psikologis dalam
Pengembangan Kurikulum.
Landasan Psikologis dibagi menjadi
dua, yaitu :
a. Landasan Psikologis Perkembangan
Anak.
Pentingnya pemahaman
tentang masa perkembangan ini disebabkan beberapa alasan.
1) Setiap anak didik memilikki tahapan
atau masa perkembangan tertentu.
2) Anak didik yang sedang pada masa
perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasialn dan
kesuksesan hidup mereka.
3) Pemahaman akan perkembangan anak,
akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut
proses pemberian bantuan memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi, maupun
dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.
b. Landasan Psikologi Belajar.
Pengembangan
kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar., sebab pada dasarnya
kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang
belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu
berpangkal dari pandangan tentang hakikat
manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat manusia
menurut Leibnitz.
Menurut
John
Locke, manusia itu merupakan organism yang pasif. Dengan teori
tabularasa-nya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak
ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
Menurut
aliran Behavioristik proses belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan
atau stimulus yang muncul dari luar diri atau yang kita kenal dengan faktor
lingkungan. Sedangkan pada aliran Kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu, karena
yang ada dalam diri itulah yang menggerakkan seseorang mencapai perubahan
tingkah laku.
Menurut Leibnitz,
menganggap bahwa manusia adalah organism
yang aktif. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk
membuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Tingkah laku manusia hanyalah
ekspresi yang dapat dianggapi sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada
hakikatnya bersifat pribadi.
3.
Landasan Sosiologis – Teknologis
dalam Pengembangan Kurikulum.
a. Kekuatan Sosial yang Dapat
Mempengaruhi Kurikulum.
Dalam
kehidupan sosial yang semakin kompleks , maka muncul pula berbagai kekuatan
kelompok yang dapat memberikan tekanan terhadap penyelenggaraan dan praktik
pendidikan termasuk di dalamnya tekanan-tekanan dalam proses pengembangan isi
kurikulum sebagai alat dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kesulitan yang
dihadapi oleh para pengembang kurikulum adalah manakala setiap kelompok sosial
itu memberikan masukan dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan kepentingan kelompoknya.
Walaupun
dirasakan sangat susah, para pengembang kurikulum mestinya memperhatikan setiap
tuntutan dan tekanan masyarakat yang berbeda itu. Masyarakat merupakan salah
satu langkah penting dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
b. Kemajuan IPTEK sebagai Bahan
Pertimbangan Penyusunan Kurikulum.
Hal
penting yang perlu diperhatikan dan
diantisipasi oleh para pengembang kurikulum sehubungan dengan perubahan yang
terjadi di masyarakat adalah mengenai perubahan pola hidup dan perubahan sosial
polotik.
1) Perubahan Pola Hidup.
Perubahan pola hidup itu
dikatakan banyak orang sebagai perubahan pola
hidup yang bersifat agraris
tradisional menuju pola kehidupan industry modern. Pola kehidupan
masyarakat industry modern memilikki karakteristik yang berbeda dengan pola
kehidupan agraris.
a) Dari pola kerja
b) Pola hidup yang sangat tergantung
kepada hasil-hasil teknologi.
c) Pola hidup dalam system perekonomian
baru.
2) Perubahan Kehidupan Sosial Politik.
Arus
globalisasi yang bergerak sangat cepat membawa perubahan kehidupan sosial
politik ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali ke dalam kehidupan sosial
politik. Di Indonesia perubahan tersebut ditandai dengan munculnya gerakan
reformasi yang menjatuhkan rezim Orde Baru yang selama 32 tahun berkuasa.
Dengan
munculnya era reformasi, semuanya mestinya berubah. Pendidikan harus diarahkan
uantuk menciptakan manusia-manusia yang kritis dan demokratis. Maka para
pengembang kurikulum dalam melaksanakan tugasnya harus melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a) Mempelajari dan memahami kebutuhan
masyarakat, seperti yang dirumuskan dalam undang-undasng keputusan pemerintah,
peraturan-peraturan daerah dan lain sebagainya.
b) Menganalisis budaya masyarakat tempat
sekolah berada
c) Menganalisis kekuatan serta
potensi-potensi daerah
d) Menganalisis syarat dan tuntutan
tenaga kerja
e) Menginterpretasi kebutuhan individu
dalam kerangka kepentingan masyarakat.
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M. Pd
Penerbit KENCANA @ 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar